Suatu hari Umar bin Khattab r.a terlihat murung dan menangis. Di lain waktu dia terlihat tersenyum.
Ketika ditanya, mengapa mengapa dia murung dan menangis dan mengapa juga dia tersenyum. Umar r.a menjawab:
“Aku menangis karena ketika jaman jahiliyah dulu aku pernah mengubur anak perempuanku hidup-hidup. Dan aku tertawa mengingat betapa bodohnya aku, saat itu aku membuat patung dari tepung dan menyembahnya, tetapi ketika dalam perjalanan aku tidak menemukan makanan maka aku makan patung tadi..”
Sahabat, mungkin di antara kita tidak ada yang mempunyai masa lalu seperti Umar bin Khattab r.a. Dan juga tidak ada di antara kita yang telah mampu menoreh sejarah kehidupan ini lebih baik dari pada Umar r.a. Akan tetapi saat ini bukan waktunya membanding-bandingkan kita dengan presatasi Umar r.a, saat ini kita ingin sedikit membahas tentang masa lalu kita.
Setiap dari kita – saat ini, sekarang ini – telah melampaui masa lalu kita masing-masing. Tetapi permasalahannya adalah tidak setiap kita mampu meninggalkan masa lalu kita, tidak peduli apakah masa lalu itu baik atau buruk bagi kita.
Betapa banyak orang yang hidup dengan masa lalu, memandang kehidupannya saat ini dengan kaca mata masa lalunya. Menyusuri jalanan hidup ini dengan peta yang telah usang – yang sudah tidak cocok dengan kondisi faktual yang ada. Parahnya ketika dia menghadapi masalah –tersesat dalam mengarungi perjalanan hidup ini misalnya – maka yang disalahkan adalahmengapa kondisinya saat itu tidak sama dengan peta? Dia bukannya menutup peta itu dan mencari solusi agar dia bisa keluar dari ketersesatan kita, dia menuntut kondisi harus sama dengan yang dibawanya!
Kadang pula kita temui, seseorang yang begitu mendendam dengan kehidupannya saat ini – hanya karena dia mempunyai masa lalu yang begitu dalam menggores jiwanya.
Lainnya lagi ada yang hidup dengan kejayaan masa lalunya, akibatnya dia selalu ingin kembali kepada masa lalu ketika dia menemuai ketidak nyamanan yang dia alami saat ini, bahkan dia beranggapan tidak akan pernah ada kenyamanan pada saat ini!
Sahabat, dalam jiwa dan pikiran kita telah tergambar berbagai macam peta itu. Dan kita akan secara otomatis menggunakan peta itu ketika kita menemui hal-hal yang menurut anggapan kita cocok dengan salah satu diantaranya.
Tetapi kita sudah tahu bahwa peta kita tidak selalu benar dan akurat menggambarkan kondisi kekinian yang kita hadapi. Kita mungkin telah lupa atau bahkan tidak mau melakukan updating dan refreshing terhadap peta tadi. Atau terkadang memang keterbatasan waktu dan tempat kita sehingga kita tidak bisa melakukan pembaruan itu.
Tetapi sahabatku, Allah SWT yang menciptakan kita telah memberikan kita sebuah kompas yang setiap saat selalu bisa kita gunakan untuk menunjukkan arah yang benar, yang dengannya insya Allah tidak akan tersesat – jika kita menggunakannya dengan benar.
Hati nurani namanya. Alat itulah yang bisa menggantikan peta kita yang telah usang, asalkan kita tahu menggunakannya, maka kompas bathin kita tidak akan pernah salah dalam memberikan petunjuk arah yang benar.
Tidak hanya itu, Allah juga memberikan alat bantu lainnya yang akan lebih dahsyat jika kita menggunakan secara bersama dengan kompas kita, itulah akal.
Hati dan akal yang selalu kita asah dengan asahan yang baik dan dengan cara yang benar, pasti akan menjadi perangkat yang paling tepat dalam mengarungi jalanan kehidupan yang terkadang gelap dan bekabut.
Lantas akan dikemanakan masa lalu kita, peta-peta yang telah tertulis dan tersimpan rapi tadi? Akankah kita buang begitu saja?
Seperti yang dilakukan oleh Umar r.a – dia tetap menyimpan peta-petanya, dia hanya gunakan peta-peta itu sebagai referensi dan bahan kajian ulang untuk menyusun peta baru dalam menyusuri jalanan kehidupan yang baru pula. Masa lalu tidak perlu terlalu kita ratapi dan kita agungkan sedemikian rupa, karena kehidupan kita bukan untuk saat itu, tapi untuk sekarang dan akan datang!
Selamat menyusun ulang peta hidup kita!
Semoga kita sampai di tujuan yang tepat!
Semoga kita sampai di tujuan yang tepat!
Dari saya yang senantiasa belajar menggunakan dua anugrah Allah yang sangat berharga!
Tidak ada komentar: