Hari ini mendapat satu lagi pelajaran kehidupan yang cukup penting, yaitu tentang arti seorang teman.
Ceritanya pagi ini saya mendapatkan khabar tentang meninggalnya seorang teman yang dulu masih pernah satu kantor, bahkan setelah saya pindah ke kantor baru dia menggantikan beberapa tugas penting saya.
Teman saya ini orangnya sopan, pendiam, gak neko-neko dan gampang sekali dimintai tolong, overall dia orang baik.
Meski saya sudah tidak satu kantor lagi dengannya tetapi, karena saya sering berkunjung ke sekolah anak saya, maka saya juga sering bertemu kawan saya ini. Namun kira-kira mulai awal tahun 2017 ini saya sudah jarang bertemu dengannya saat saya mampir ke ruangannya, ternyata menurut teman teman dia kesehatannya menurun dan gula darahnya sering tinggi sampai membuatnya tidak bisa berjalan. Dan baru sekitar seminggu lalu dapat kabar bahwa dia dibawa ke RS Syaiful Anwar menurut beberapa teman karena sudah tidak ingat apa-apa - dan akhirnya semalam Allah SWT menghendaki dia kembali.
Singkat cerita tadi pagi saya selepas mengantar anak bungsu dan istri, saya mengajak anak saya yang kedua yang kebetulan libur untuk takziah.
Sampai di rumah duka sudah banyak teman-teman dari kantor lama - mayoritas ibu-ibu yang sudah memenuhi ruangan, dan sebagian meminta saya untuk memimpin sholat jenazah bagi ibu-ibu tersebut, karena kebetulan yang para bapak-bapaknya sudah menyolatinya.
Setelah solat, waktu masih menunjukkan sekitar jam 8.30 WIB, sementara jenazah akan dimakamkan sekitar jam 10.00 WIB karena ada menunggu seorang kerabatnya yang dalam perjalanan menuju malang dari Kalimantan.
Sambil menunggu waktu pemakaman, ngobrol bersama teman-teman di kantor lama, yang sebagian besar datang - termasuk kepala madrasah, wakil kepala, kepala TU, bahkan anak-anak pramuka yang dibina oleh teman saya semasa hidup.
Ada tiga orang teman di kantor saya saat ini yang juga datang berktakziah. Lalu seorang dari mereka bertanya mengapa para pejabat yang lebih tinggi kok tidak pada datang?
"Benar juga pikir saya," tetapi saya hanya bisa memaklumi mungkin mereka banyak sekali kegiatan penting di tempat lain sehingga tidak bisa mendatanginya.
Tetapi teman saya sambil bercanda bilang, "Bukan, karena yang meninggal kastanya rendah , coba saja kalo yang meninggal pejabat pasti datang..."
Saya cuma bisa tercenung dan membenarkan, meski tidak seratus persen, karena saya yakin masih aja diantara mereka yang sebenarnya berkeinginan datang, tetapi ada hal yang lain yang mendesak, atau sudah datang sebelumnya, atau bahkan nanti setelah orang-orang pada pulang.
Tetapi di sepanjang perjalanan saya berpikir tentang hakikat pertemanan
Untuk apa sih kita berteman?
Apa sih yang kita harapkan dengan berteman dengan seseorang?
Nilai apakah sih yang paling penting yang mendasari kita berteman?
Dan saya pun akhirnya menyederhanakan semua pertanyaan itu menjadi satu kalimat:
Bahwa sebaik-baik berteman adalah ketika nilai yang mengikatnya adalah nilai keimanan, atau mudahnya bertemanlah dengan teman-teman yang mempunyai pemahaman agama yang baik karena bagi saya "manfaat terpenting" dari berteman adalah, ketika kelak kita meninggal mereka mau menyolatkan dan mendoakan kebaikan bagi kita. Bukankah begitu?"
Teman adalah mereka yang tidak segan-segan menegur kita jika kita berbuat tidak pada tempatnya.
BalasHapusMereka adalah orang yang selalu siap di samping kita saat senang maupun saat suka
salam saya
benar sekali Om, terima kasih sudah mampir :)
Hapuslama tidak saling komen di blog :)
sangat mencerahkan, pakdhe..
BalasHapussebagai pengingat diri ini untuk tidak salah memilih teman..
injih sami-sami
Hapus