Revolusi Mental |
Karena saya sudah meniatkan diri untuk mengurangi sebanyak mungkin waktu untuk beraktifitas di facebook - sampai selesai Pilpres 2014 dan Bulan Ramadhan 1435 H - maka ketika ada yang memberikan tanda (tagging) di dinding FB saya - banyak yang terabaikan dan tidak berbalas.
Pagi ini, karena ingin memasukkan RSS Feed sebuah blog - yang isinya foto-foto yang saya ambil selama perjalanan dengan menggunakan hape sederhana saya - di aplikasi RSS Grafiti - maka saya membuka akun saya dan menemukan sebuah "tanda" dari sahabat saya.
Isi dari tagging-nya sangat menarik - sebenarnya pengen juga membahasnya - tetapi saya kira lain kali saja saya menanggapinya. kali ini saya hanya ingin menampilkan status Kang Deni Pradana tentang The Revolutionary Mentalilty yang kalo di indonesiakan berarti Revolusi Mental yang saat ini lagi getol-getolnya jadi barang dagangan seorang capres - yang itupun ternyata "double postingan" - entah saya tak tahu mana yang benar - itu tulisan sang capres yang dijiplak atau sebaliknya..
Wallahu'alam, biarlah Allah memberikan penjelasannya nanti seiring dengan waktu...
Berikut ini isi status sahabat saya itu
The Revolutionary Mentality
Oleh :
Beberapa pekan ini kata Revolusi Mental sempat membuat kening saya berkerut karena mengingatkan saya pada sesuatu hal. setelah iseng membuka lagi beberapa referensi digital book, justru saya menemukan definisi lain yang menarik. Tapi saya tidak akan membahas Revolusi Mental yang sudah terpapar jelas dalam faham marxis pada karya fenomenal Karl Heinrich Marx : The Communist Manifesto, yang banyak dipengaruhi filsuf Young Hegelians dan Friedrich Engels (sahabat karib dan kolaborator hingga akhir hayatnya).
well, saya malah tertarik dengan sebuah jurnal seorang ahli filsafat besar Brasil, Olavo Luiz Pimentel de Carvalho. Ini beberapa paragrafnya.
The ideas of the Brazilian philosopher Olavo de Carvalho provide important tools not only to analyze, but to criticize and resist the destructive current cultural currents of our time. Many of these currents spring from the ideologies that oppressed in the world.
The Revolutionary Mentality.
The "Revolutionary Mentality" is the permanent or transitory state of spirit in which an individual or a group believes himself capable of remodeling the whole society –if not human nature in general– through political action. As an agent or bearer of a better future, he considers himself to be above all judgment by present or past humanity, being accountable only to the "Court of History". But the court of History is, by definition, the very future society that this individual or group claims to represent in the present.
Revolusi mental adalah sebuah kondisi yang permanen atau sementara dari jiwa di mana seorang individu atau kelompok yang meyakini dirinya mampu merubah masyarakat –atau bahkan seluruh umat manusia secara umum – melalui aksi politik. Sebagai agen atau pembawa harapan masa depan yang lebih baik, ia menganggap dirinya berada di atas semua penilaian umat manusia pada saat ini atau masa lalu, dan hanya bisa dinilai pada "Pengadilan Sejarah" (sejarah yang akan membuktikan). Namun Pengadilan Sejarah, menurut definisi, adalah masyarakat masa depan yaitu individu atau kelompok ini yang mewakili “menjelma“ di masa sekarang.
So, as future society is only able to bear witness or to judge through this same representative, it is clear that he thus becomes not only the sole sovereign judge of his own acts, but the judge of all past, present and future humanity. Able to accuse and to condemn all laws, institutions, beliefs, values, traditions, actions and works of all epochs without being subject, in his turn, to the judgment of any of them, he lies so much above historical humanity that it would not be inaccurate to call him SUPERMAN.
Jadi, masyarakat masa depan hanya bisa disaksikan atau dinilai melalui perwakilan yang sama, jelas bahwa dengan demikian tidak hanya menilai tindakannya sendiri, tetapi penilaian atas semua masa lalu, sekarang dan masa depan kemanusiaan. Mampu menyalahkan dan mengutuk semua hukum, lembaga, keyakinan, nilai-nilai, tradisi, tindakan dan karya semua zaman tanpa tunduk pada semua itu, pada gilirannya, untuk menilai dari semua itu, dia banyak berbohong atas nama sejarah dan menjuluki dirinya sebagai SUPERMAN.
As the self-glorification of Superman, the revolutionary mentality is totalitarian and genocidal in itself, independently from its ideological content in different circumstances and occasions. By refusing himself to be accountable to anything except a hypothetical future of his own invention, and firmly disposed to destroy by cunning or by force every obstacle to the remodeling of the world to his own image and likeness, the revolutionary is the worst enemy of the human species, compared to whom the worst tyrants and conquerors of Antiquity impress us by the modesty of their aims and by a notable circumspection in the use of their means.
Sebagai penjelmaan dari Superman, revolusi mental pada dasarnya adalah totaliter dan genosida, independen dari konten ideologis dalam situasi dan kesempatan yang berbeda. Dengan menolak untuk bertanggung jawab dengan apa pun kecuali masa depan melalui hipotetis temuannya sendiri, dan dengan tegas membuang dengan cara tipu muslihat atau dengan paksaan pada setiap hambatan untuk merubah dunia sesuai dengan gambar dan persepsinya sendiri. Revolusi mental ini adalah adalah musuh terburuk dari spesies manusia, dibandingkan dengan tiran terburuk manapun dan penakluk dari Antiquity yang menurut kami masih melakukannya dengan “cara sopan” meraih tujuannya dan sangat berhati-hati dalam dalam penggunaan sarana (senjata) mereka.
******
- The Revolutionary Mentality, Olavo Luiz Pimentel de Carvalho, the Brazilian philosopher.
- Translated by Tiago Tondineli from "A mentalidade revolucionária", Diario do Comercio, August 13th, 2007.
Tidak ada komentar: