Saat ini, setiap saya membaca skripsi, tesis atau disertasi, selalu ada halaman: “Pernyataan Keaslian Tulisan.” - seingat saya, tahun 1990-an dulu ketika masih kuliah, tak saya jumpai adanya halaman ini. Yang ada ya standar, mulai halaman moto, persembahan dan daftar isi hingga daftar tabel dan lampiran.
Halaman
yang paling saya suka baca adalah, moto, ucapan terima kasih dan
persembahan. Tentang moto biasanya banyak sekali dikutip kata-kata
orang terkenal hingga berbentuk puisi. Halaman ucapan terimakasih dan
persembahan pun isinya juga buanyak sangat. Kadang bisa 2 sampai tiga
lembar, yang disebut mulai Tuhan yang Maha Kuasa, orang tua, kekasih,
sampai tetangga sebelah kos-kosan
hehehe.
Setelah membaca
banyak contoh akhirnya skripsi saya saat itu saya ambil yang
pendek-pendek saja. Halaman moto cuma berisi dua baris, baris pertama
bahasa arab, baris kedua artinya. Dan yang mungkin paling ekstrim
adalah halaman persembahan, hanya saya tulis begini.
“ I dedicated this thesis to whom
needed “
Tentu tanpa arti
bahasa Indonesianya, karena skripsi saya isinya bahasa inggris. Gitu
Mengapa saya tulis
begitu singkat?
Karena menurut
saya – lebay banget deh (eh jaman itu gak ada kata lebay)
atau geje lah. Bagaimana gak lebay, wong saya tahu ada temen
yang bapaknya saja sudah meninggal masak persembahan untuk ayah
tercinta, atau mereka yang tidak mengerti bahasa Inggris.
Jujur saja, siapa
sih yang suka baca skripsi atau tesis atau bahkan disertasi?
Ya, paling-paling
mahasiswa yang mau nulis skripsi/tesis dan disertasi- orang umum
jelas ogah, kecuali dibaca karena gak ada bacaan dan nemunya pas beli
kacang godhog yang beli di PKL :d bungkusnya potongan dari skripsi
hihii.
Nah, karena saya
tulis persembahan bagi yang membutuhkan akhirnya – sampai saat ini
saya gak punya salinan hasil karya saya selama 2 tahun nulis skripsi.
Huhehehe lama sekali ya, nyaris D.O deh !
Begitu saya
selesai ujian dan saya Bendel 6 jilid, maka saya kirim ke perpus
pusat universitas, perpus fakultas/jurusan, dan dosen. Saya masih
punya 2 atau tiga copi. Yang satu langsung dipinjam adik kelas dan
satu saya bawa pulang.
Yang dipinjam adik
kelas, ternyata setelah itu berpindah tangan entah kemana, sementara
yang di rumah – yang mulanya ingin saya jadikan kenang-kenangan,
ternyata dipinjam adiknya teman di sebuah universitas di Malang dan
selanjutnya sepertinya dipinjam lagi ke siapa lagi gitu... :)
Sebenarnya saya
pengen baca-baca lagi karya (fiksi) ilmiah saya itu – hihi, iya
emang fiksi wong rada ngarang-ngarang gitu isinya – buat
nostalgila. Namun tentu saya tak punya backupnya, apalagi dalam
bentuk file digital, karena saat itu teknologi komputer baru bisa
menyimpan di dalam disket pipih sebesar 5 inchi atau yang lebih
dikenal dikset kripik ;) - mana ada sekarang laptop yang ada floppy
disknya?
Nah, kembali ke
judul di atas, mengapa ya halaman itu harus ada?
Apa karena semakin
majunya teknologi informasi dan komputer semakin banyak plagiat di
Indonesia ini?
Jika demikian,
berarti dampak teknologi justru semakin “memperbodoh” seseorang.
Namun lucunya
disisi lain, saya pernah mendengar dari Pak Nun, ketika beliau susah
payah membuat tugas dengan tulisan orisiniknya, malah disarankan
temannya yang dosen agar gak usah repot-repot seperti itu, cukup
ambil di internet dan salin tempel disana-sini, beres!
Selain itu banyak
pengakuan mahasiswa yang seperti itu.
Jadinya kok ya
mbulet gak jelas.
Bagaimana menurut
sampeyan?
Tidak ada komentar: